Penyehatan Tanah secara Hayati di Tanah Tanaman TomatTerkontaminasi Fusarium oxysporum F.SP. lycopersiciSoil Health Biologically in Contaminated Tomato Soil with Fusariumoxysporum F.SP. lycopersiciKusdi Hastopo, Loekas Soesanto dan Endang MugiastutiJurusan HPT, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman PurwokertoPO BOX 125 Purwokerto 53101lukas_262@yahoo.com
PENDAHULUAN
Tomat (Lycopersicon
esculentum Mill.) sebagai salah satu komoditas sayuran yang produksinya tidak
selalu stabil. Data dari Badan Pusat Statistik (2005) menunjukkan bahwa produksi
tomat nasional pada tahun 2003 sebesar 657.459 ton dan tahun 2004 sebesar
626.872 ton. Hal ini menunjukkan adanya penurunan produksi tomat, yang akan
mengganggu keseimbangan kebutuhan pasar dan permintaan masyarakat (Trisnawati
dan Setiawan, 2001).
Salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi tomat adalah adanya penyakit layu Fusarium, serta kurang tepatnya metode pengendalian yang digunakan. Di samping itu, keadaan lahan pertanaman tomat di daerah Pratin, Kabupaten Purbalingga (1.000 m dpl), banyak terkontaminan patogen tular-tanah, khususnya Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. Hal ini ditunjukkan dengan selalu dijumpai penyakit tersebut di setiap musim tanam, sehingga lahan tersebut tidak mampu memberikan hasil optimum untuk usaha budidaya pertanian (Agrios, 1997; Semangun, 2001).
Metode pengendalian
yang diterapkan tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, khususnya
tanah. Penggunaan pestisida sintesis yang tidak bijaksana antara lain dapat memusnahkan
mikroba berguna di dalam tanah, sehingga patogen khususnya tular-tanah selalu
ada dan menjadi masalah pada setiap musim tanam (Agrios, 1977; Lynch and
Elliott, 1998).
Penghitungan Contoh
Tanah
Tanah sampel
diambil 10 g dari daerah terkontaminan F. oxysporum pada pertanaman tomat
secara diagonal pada lima titik. Tanah kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer
berisi 90 mL air steril, kemudian digojok selama 30 menit hingga homogen.
Penyiapan Antagonis
Perbanyakan semua isolat antagonis T. harzianum dengan menumbuhkan potongan biakan dari biakan murni pada medium PDL (potato dextrose liquid) steril secara aseptis. Biakan digojok dengan mesin pengojok selama 6 hari pada suhu ruang dengan kecepatan 150 rpm, dan didapat rata-rata kepadatan 7,53x106 upk mL.
Perlakuan yang
Diberikan
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), yang terdiri atas 12 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah k1= kontrol dengan penyiraman air steril sebanyak 50 mL polibag-1 2 minggu sebelum tanam, k 2= kontrol dengan perendaman bibit dalam air steril selama 10 menit, Thg1 = tanah disiram T. harzianum isolat ginseng 2 minggu sebelum tanam sebanyak 50 mL polibag-1 (Sudantha, 1997), Thg2 = bibit direndam dalam suspensi T. harzianum isolat ginseng selama 10 menit, Thj1 = tanah disiram T. harzianum isolat jahe 2 minggu sebelum tanam sebanyak 50 mL polibag-1, Thj2 = bibit direndam dalam suspensi.
Peubah dan
Pengukuran
Variabel yang
diamati meliputi populasi awal dan akhir patogen dan antagonis, masa inkubasi,
dan intensitas penyakit. Populasi awal dan akhir patogen dan antagonis dihitung
berdasarkan metode pencawanan dengan masingmasing medium (Tuite, 1969). Masa
inkubasi dihitung sejak hari penanaman sampai waktu pertama kali munculnya
gejala awal, dengan satuan hari setelah tanaman. Intensitas penyakit dihitung
dengan menggunakan rumus: IP = a/(a+b) x 100%, dengan IP = intensitas penyakit,
a = jumlah daun bergejala layu yang diamati pada tiap tanaman, dan b = jumlah
daun sehat yang diamati pada tiap
tanaman.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji F dan bila menunjukkan hasil yang berbeda, dilanjutkan dengan Duncan Multiplupe Range Test (DMRT) taraf kesalahan 5%.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data populasi akhir patogen menunjukkan bahwa antara perlakuan dan kontrol berbeda nyata terutama T. harzianum isolat pisang, B. subtilis, dan P. fluorescens P60 yang lain tidak berbeda. Hal ini diduga karena adanya perlakuan pemberia antagonis dan perendaman. Selain itu, adanya mikroba antagonis menjadi pesaing utama patogen, sehingga menghambat patogen untuk berkembang (Agrios, 1997).
Berdasarkan data
rata-rata populasi antagonis dan patogen menunjukkan bahwa penambahan antagonis
memberikan pengaruh positif dalam tanah. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan
penurunan rata-rata populasi patogen dan meningkatnya populasi antagonis.
Semakin banyak populasi antagonis dalam tanah, perkembangan patogen akan
terhambat (Agrios, 1997). Diperkuat pendapat Pankhrust (1994) dalam Hornby and
Bateman (1998), bahwa petunjuk tanah sehat adalah rata-rata populasi patogen
tanaman tular-tanah berada pada taraf yang rendah dan kondisi tanah yang dapat mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimum.
KESIMPULAN