Sabtu, 19 Januari 2013

KEHIDUPAN DAN PERLINDUNGAN HUTAN TENGGER DALAM KEARIFAN LOKAL



masyarakat Tengger di Desa Wonokitri juga memiliki pemerintahan informal yang memimpin seluruh perkampungan yakni berupa dukun. Sosok dukun ini sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Tengger sehingga lebih dipercaya, disegani dan dihormati daripada pejabat administratif. Tugas dan fungsi dukun adalah mengatur upacara adat, membimbing pemuda dalam memahami hindu, menyimpan benda keramat, konsultan masalah adat (hajatan dan menikahkan), dan menjaga masyarakat. 
Dukun ini dianggap sebagai orang terpandang yang selalu dihormati oleh seluruh warga dimana tidak sembarang orang dapat menduduki jabatan tersebut. Seorang dukun memiliki jabatan yang tidak ditentukan dan jabatan tersebut akan berpindah manakala dukun tersebut sudah tidak mampu menjalankan tugasnya dan memutuskan untuk berhenti. 
Untuk menjadi seorang dukun diperlukan perjuangan keras yakni harus menghapal bacaan atau mantra-mantra yang sulit, dan apabila ada orang yang sudah siap menjadi dukun maka orang tersebut akan di tes hapalannya oleh seluruh dukun di Gunung Bromo dengan disaksikan warga. Lembaga informal ini digunakan untuk mengikuti aparat adat, mempersatukan adat (upacara kasada), menjaga kearifan local, menjaga adat istiadat, penggerak ibadah dan penggerak pembangunan serta pengikat tali persaudaraan.

pengelolaan dan perlindungan hutan dan sumber-sumber air
Nilai kearifan lokal pada masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri terkait sistem pengelolaan dan perlindungan hutan adalah dengan mengklasifikasikan hutan dan memanfaatkannya. Dalam wilayah Desa Wonokitri hanya terdapat kawasan hutan lindung yang dikelola oleh pihak Perhutani. Hutan lindung ini berguna untuk menjaga keseimbangan struktur tanah dan melestarikan tanah. Masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri memiliki kesadaran yang tinggi dalam mengelola hutan. Bukti keperdulian masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri dalam kegiatan ikut serta memelihara hutan adalah dengan tidak menebang hutan secara sembarangan. Sikap dalam pengelolaan dan perlindungan hutan ini dilandasi oleh slogan yang dipatuhi, berbunyi “tebang satu tanam dua” yang artinya jika menebang satu pohon, maka harus menanam minimal dua pohon yang jenisnya sama.
Penyediaan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari berasal dari sumber mata air alami dari sumber air pegunungan, yaitu sumber mata air Tangor, Galingsari, Ngerong, Krecek, Muntur dan sumber mata air Blok Dengklik yang terletak di sebelah selatan desa. Pada tahun 1977 sistem pipanisasi diterapkan di Desa Wonokitri. Sistem pipanisasi ini bertujuan untuk mengalirkan air dari sumber mata air disalurkan menggunakan pipa sekitar 3 Km menuju ke bak-bak penampungan air/tandon air (jeding desa) di Desa Wonokitri. Saluran pipa yang ada terpisah pada 2 blok, yaitu blok barat dan blok timur yang kemudian disalurkan ke masing-masing tandon air pada blok tersebut. Pendistribusian air dari tandon air menuju ke rumah-rumah warga juga menggunakan sistem pipanisasi. Hingga saat ini terdapat 3 buah tandon air dan 3 bilik bak air umum di Desa Wonokitri.
Sistempenyediaan air bagi lahan pertanian adalah dengan membuat aliran mellaui pipa plastik/slang. Sebagian masyarakat memanfaatkan limbah sisa hasil pembuangan rumah tangga untuk menyirami tanaman dengan cara menampung air limbah di tempat penampungan kemudian disalurkan melalui pipa plastik/slang ke arah tanaman yang akan disarami. Ada juga masyarakat yang membuat saluran tersendiri untuk air limbah, biasanya di samping rumah yang dilewatkan pipa terpendam.
dalam kehidupan sehari-hari seharusnya kita menjaga kelestarian hutan yang udah gundul karena pohon-pohon udah banyak yang di tebangin jadi air tidak bisa meresap ke dalam tanah. dan kita harus saling menjaga hutan kita.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar