Masyarakat Islam Sunda mengenal nama Sunan Gunung Jati dan sangat
menghormati sosoknya sebagai wali yang penuh kharisma spiritual. Dialah
penyebar agama Islam di Jawa Barat yang menurunkan raja-raja Cirebon dan
Banten.
Tatar Sunda, tapi melalui kesultanan Cirebonlah Islam tersebar luas ke seluruh wilayah Jawa Barat. Pengaruh
penyebaran Islamnya sangat besar karena dilakukan melalui dua
pendekatan: terhadap kerajaan-kerajaan melalui pendekatan struktural:
seruan, perluasan pengaruh dan penaklukan politik (Galuh, Pajajaran dan
Banten Girang).
Batik
Keratonan Cirebon sangat kental dengan makna simbolis yang berkaitan
dengan kosmologi Cirebon. Di sini motif batik Cirebon umumnya
menyampaikan sebuah kearifan lokal yakni sistem nilai masyarakat keraton
pada masa itu. Beberapa motif batik Cirebon yang tergolong ke dalam
batik Keraton Cirebon di antaranya adalah Taman Arum Sunyaragi,
Sunyaragian, Wadas Singa, Patran Kangkung, Wadas Mantingan, Mega
Mendung, Ayam Alas, Supit Urang, serta Taman Teratai.
Wayang
kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di
Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh
spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan
wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini
disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir
atau hanya bayangannya saja.
Macapat
adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat
mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai
sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi
sanjak akhir yang disebut guru lagu.
Dan kita harus bisa meneruskan budaya yang udah ada menjadi maju dan bisa membanggakan bahwa budaya kita itu bagus.
Sabtu, 19 Januari 2013
MENJAGA LINGKUNGAN KITA AGAR TETAP INDAH
Kearifan Lokal mulai memantik perhatian dunia ketika pada 60-an, sebuah program Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dikenal dengan Dasawarsa Pembangunan, gagal menyelesaikan permasalah utama yang dihadapi negara-negara berkembang di Asia dan Afrika.
Budaya kebumen adalah salah satu keindahan pantainya terutama yang ada di kebumen seperti Pantai Ayah dan Pantai Ibu, Goa Jati jajar dan waduk sempor yang terletak di banjarnegara.
Dan banyaknya pepohonan yang ada di daera kebumen.contohnya pohon melinjo dan masih banyak lagi yang ada di daerah kebumen itu.
Dan budayanya itu banyak sekali seperti tarian,atraksi,musik. Dan kita sebagai generasi selanjutnya harus bisa menjaga kelestarian lingkungannya dan kebudayaan agar nantinya bisa tetap dinikmati.
sebagian besar penduduk di daerah kebumen itu sebagai petani,berternak dan menjadi nelayan.
TEGAL KOTAKU, TEGAL BUDAYAKU DAN TEGAL KEARIFAN LOKALNYA
Kearifan lokal adalah produk budaya lokal (setempat) yang dianut sebagai
faham,pedoman dan norma dalam mengatur perilaku dan tata kehidupan
masyarakatnya.Dalam masyarakat tradisional kearifan lokal ditampilkan
sebagai tradisi,ritual,laku (kewajiban) dan larangan
(pantangan),cerita-cerita
rakyat,legenda,mitos,ujaran,wejangan,mantra,jampi-jampi dan
sebagainya.
Hal-hal tersebut biasanya dikomunikasikan melalui bahasa dan simbol-simbol yang dibumbui dengan unsur-unsur magis, dan secara turun temurun dipelihara oleh para sesepuh dan tokoh spiritual yang diyakini kebenarannya.
Bahasa lokal memegang peran yang sangat penting dalam upaya penyampaian pesan dan gagasan-gagasan dalam kearifan lokal.Bahasa lokal lebih komunikatif sehingga nilai-nilai kebajikan yang disampaikan dapat segera diterima,dihayati dan diaktualisasikan oleh masyarakat.
Dongeng,cerita rakyat,ujaran,wejangan,mantra dan lain-lain semua dikemas dalam bahasa lokal.Selanjutnya bahasa lokal menjadi sarana ekspresi dan kreatifitas yang kita sebut sebagai kesenian daerah.Bahasa lokal juga menjadi ciri dan identitas (jatidiri) yang membedakan satu etnis (suku bangsa) dengan etnis yang lain.
Kearifan lokal dalam dalam masyarakat Tegal seharusnya dapat ditelusuri melalui pelbagai kajian,misalnya bahasa,kesenian tradisional,cerita rakyat,tatacara dan upacara,bahkan makanan dan busana.
Sayangnya tidak ada kepustakaan yang bisa dijadikan rujukan mengingat budaya Tegal tidak memiliki tradisi literasi.Bahkan tradisi lisanpun (dongeng,lagu-lagu daerah dsb.) sangat sulit ditemukan,mengingat para pelakunya didak pernah mewariskan kepada generasi masih penerusnya.
Tegal itu orang-orangnya gotong royong, dan mau berkreatif sebisa mereka. Dan banyak adat-adatnya dalam budaya tegal itu seperti upacara pernikahan,7 bulanan. Dan ada juga tarian, musik dan makanan khasnya.
Hal-hal tersebut biasanya dikomunikasikan melalui bahasa dan simbol-simbol yang dibumbui dengan unsur-unsur magis, dan secara turun temurun dipelihara oleh para sesepuh dan tokoh spiritual yang diyakini kebenarannya.
Bahasa lokal memegang peran yang sangat penting dalam upaya penyampaian pesan dan gagasan-gagasan dalam kearifan lokal.Bahasa lokal lebih komunikatif sehingga nilai-nilai kebajikan yang disampaikan dapat segera diterima,dihayati dan diaktualisasikan oleh masyarakat.
Dongeng,cerita rakyat,ujaran,wejangan,mantra dan lain-lain semua dikemas dalam bahasa lokal.Selanjutnya bahasa lokal menjadi sarana ekspresi dan kreatifitas yang kita sebut sebagai kesenian daerah.Bahasa lokal juga menjadi ciri dan identitas (jatidiri) yang membedakan satu etnis (suku bangsa) dengan etnis yang lain.
Kearifan lokal dalam dalam masyarakat Tegal seharusnya dapat ditelusuri melalui pelbagai kajian,misalnya bahasa,kesenian tradisional,cerita rakyat,tatacara dan upacara,bahkan makanan dan busana.
Sayangnya tidak ada kepustakaan yang bisa dijadikan rujukan mengingat budaya Tegal tidak memiliki tradisi literasi.Bahkan tradisi lisanpun (dongeng,lagu-lagu daerah dsb.) sangat sulit ditemukan,mengingat para pelakunya didak pernah mewariskan kepada generasi masih penerusnya.
Tegal itu orang-orangnya gotong royong, dan mau berkreatif sebisa mereka. Dan banyak adat-adatnya dalam budaya tegal itu seperti upacara pernikahan,7 bulanan. Dan ada juga tarian, musik dan makanan khasnya.
LINGKUNGAN SEKITAR GUNUNG BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan lingkungan atau kearifan lokal masyarakat (local wisdom) sudah ada di dalam kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman pra-sejarah hingga saat ini, kearifan lingkungan merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat, yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya.
Perilaku ini berkembang menjadi suatu kebudayaan di suatu daerah dan akan berkembang secara turun-temurun, secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya yang berkembang di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku-suku bangsa yang tinggal di daerah itu.
Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan oleh adanya kemajuan teknologi membuat orang lupa akan pentingnya tradisi atau kebudayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan, seringkali budaya lokal dianggap sesuatu yang sudah ketinggalan di abad sekarang ini, sehingga perencanaan pembangunan seringkali tidak melibatkan masyarakat.
Kearifan lingkungan yang lain yang ada adalah pengelolaan danau-danau kars di kawasan Gunung Kidul, sebagai contoh yang pernah saya ketahui bagaimana cara masyarakat mengelola suatu danau dimana danau ini merupakan sumber air yang ada di wilayah Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, berdasarkan cerita dari masyarakat setempat masyarakat mengelola kembali danau kars yang sudah mati dan tidak berfungsi lagi, masyarakat melihat bahwa danau ini memiliki potensi yang besar sebagai penampung air hujan dengan melihat sejarah desa dimana danau ini pernah menjadi pusat sumber air bagi masyarakat sekitarnya kemudian masyarakat secara bergotong-royong dengan membuat susunan batuan di setiap tepian danau yang berfungsi sebagai penyaring air yang masuk, kemudian memberi lapisan tanah lempung di setiap sisi danau yang berfungsi sebagai penahan air agar tidak masuk ke bawah permukaan melalui rekahan-rekahan yang ada dan menanam berbagai macam tumbuhan di sekitar danau seperti Jarak, Jati dan lain-lain berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan air, setelah melakukan ini masyarakat harus menunggu sampai tiga periode musin hujan selama tiga tahun untuk menjadikan danau ini berfungsi kembali.
Karena danau ini dibangun berdasarkan kearifan lingkungan yang ada dan dimanfaatkan bersama maka masyarakat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi untuk menjaga dan mengelola danau ini sehingga masyarakat lebih memandang budaya lokal yang ada untuk mengelolanya dengan membuat aturan-aturan adat tentang pelestarian dan pengelolaan danau ini.
Lingkungan kita harus di jaga dengan baik supaya bisa indah dan bersih terhindar dari polusi kendaraan dan pabrik-pabrik di sekitar lingkungan tempat tinggal.
PEMBANGUNAN DAN ADAT BENTUK DARI KEARIFAN LOKAL BUDAYA PAPUA
Budaya lokal Papua berada pada posisi terancam. Budaya lokal bertahan atau bergeser tergantung pada legitimasi adat, komunitas, suku-suku yang berada di Papua sebagai penganut dan pelaksana budaya papua.
Lembaga Adat Papua yang lemah pastinya akan berdampak pada hilang nya nilai-nilai lokal papua. Kearifan Budaya lokal yang kuat pasti akan mempertahankan nilai-nilai hidup yang baik sekali pun arus golobalisai atau indutrialisasi mengerogoti ketahanan budaya asli papua.
Hak ulayat adat atau kearifan lokal, misalnya, makin tereduksi akibat laju mesin pembangunan yang tak afirmatif. Beberapa proyek pembangunan di Indonesia dapat dijadikan sebagai.
Contoh Pembangunan jalan trans-Kalimantan yang menghubungkan sejumlah kota besar di pulau itu telah menimbulkan resistensi masyarakat Dayak pedalaman. Masyarakat Dayak menilai pembangunan jalan itu akan mengubah perilaku warga dari budaya bersampan di sungai menjadi berkendaraan di jalan.
Identitas suku Dayak yang selama ini terbangun atas basis sungai dikhawatirkan akan tereduksi dengan kehadiran jalan itu.
Dan adatnya yang masih kental sekali dalam berbagai uapacara adat,pernikahan. Itu masih sangat tradisional dan pembangunan rumahnya juga ada yang masih tradisional.
PENTINGNYA KEARIFAN LOKAL DI BANYUMAS
Budaya adalah tentang keberadaan (distinctiveness)
kelompok-kelompok sosial yang memberikan mereka identitas. Kebudayaan merupakan
batasan (norma) dalam hidup manusia. Di dalamnya terdapat respon manusia
terhadap masyarakat, atau lingkungannya, dan dunia secara umum.
Kesenian merupakan unsur budaya yang mengacu pada estetika yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia.
Perkembangan sumber daya manusia
selalu berkaitan dengan tingkat perekonomian masyarakat. Industri adalah kata
benda yang merujuk pada proses pengolahan benda. Industrialisasi sendiri,
mengacu pada usaha pengembangan industri di suatu daerah tertentu. Jika menilik
sejarah yang berakar pada Revolusi Inggris, industrialisasi adalah suatu proses
interaksi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, dan perdagangan
antar negara yang meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mendorong perubahan
struktur ekonomi
Walau sebenarnya masih berakar dari
budaya Jawa, budaya Banyumas memiliki ciri khas unik tersendiri. Hal ini bisa
dilihat dari kesenian Tarian Ebeg, hingga Begalan, yang tidak ditemukan di
daerah lain. Alat musik Calung dan Kenthongan juga menjadi ciri khas daerah
ini. Selain itu, makanan khas Banyumas juga cukup dikenal di seluruh Indonesia.
Seperti Mendoan, Keripik Tempe, dan Gethuk Goreng Sokaraja.
Salah satu budaya lokal potensial di
Banyumas adalah batik. Berbeda dengan daerah lain, Batik Banyumas memiliki
keunikan dalam mencitrakan budaya masyarakat Banyumas yang menjunjung tinggi
nilai kebebasan, semangat kerakyatan dan demokrasi, serta sifat cablaka
yang menyenangi keterbukaan dan apa adanya. Hal ini terlihat jelas dari
pola-pola Batik Banyumas, yang kebanyakan bermotif Jorasan, yaitu
kelompok motif nongeometrik yang didominasi dengan warna-warna dasar kecoklatan
dan hitam.
Untuk mengembalikan kearifan lokal
Batik Banyumas kepada masyarakat, beberapa strategi dapat diterapkan seperti
sosialisasi filosofi Batik Banyumas agar makna-makna dibalik Batik Banyumas
kembali familiar dan mencapai eksistensinya lagi.
HASIL OLAH PERTANIAN DAN PERTERNAKAN DI DAERAH TENGGER AKAN KEARIFAN LOKAL
pengelolaan ladang/tegalan
Pada dasarnya
penggunaan teknologi dalam pengelolaan ladang/tegalan di Desa Wonokitri
dibatasi pada teknologi pertanian sederhana dan ramahlingkungan. Sistem
penanaman menggunakan sistemtumpang sari. Karena kontur lahan yang cukup
curam, untuk menghindari tanah longsor dan erosi maka dibuat sistem terasering
dengan membuat lahan berpetak-petak yang disebut bedengan. Setelah itu
tanah dicangkul dan dibolak-balik baru kemudian dapat ditanami.
Peralatan yang
digunakan untuk mengolah tanah adalah peralatan tradisional pertanian seperti:
cangkul, sabit, garpu dan keranjang, serta tangki penyemprot. Untuk mempermudah
dalam menjangkau areal ladang/tegalan yang curam maka petani di Desa Wonokitri
memakai sepatu boot. Sedangkan terkait dengan sistem penanaman,
masyarakat Desa Wonokitri memakai aturan tertentu yang mengelompokkan penanaman
tanaman tertentu pada satu petak lahan.
Tanaman berakar kuat misalnya cemara
banyak di tanam di ladang/tegalan Desa Wonokitri untuk mencegah longsor dan
erosi, selain akarnya kuat kayunya juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan. Jenis pupuk yang dipakai sangat mengutamakan penggunaan pupuk
kandang/kompos yang menurut masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri termasuk
ramah lingkungan dan tidak merusak tekstur dan kesuburan tanah.
Pemberantasan
hama menggunakan cara manual dengan mengambil hama langsung dari tanaman
kemudian ditanam di tanah atau diinjak dan memakai obat pemberantas hama.
pemeliharaan hewan ternak
Peternakan yang
dibudidayakan di Desa Wonokitri adalah peternakan sapi dan babi. Sapi yang
diternak adalah sapi jantan atas dasar karena sapi jantan tidak dapat
memperbanyak jenisnya sehingga tidak memerlukan tempat yang luas. Pemeliharaan
ternak sapi dilakukan secara individu di ladang masing-masing. Tindakan
pemeliharaan pada ternak sapi, yaitu
pemberian pakan, pemeliharaan dan perawatan ternak, pembersihan kandang secara
teratur dan pemberian obat penyakit.
Tidak berbeda
jauh dengan sistem pemeliharaan ternak sapi, pemeliharaan ternak babi juga
dilakukan di ladang dengan pembuatan kandang khusus. Pemberian pakan ternak
babi dapat berupa sisa hasil makanan yang dibuat di dapur atau makanan yang
banyak mengandung protein, sumber energi dan bahan makanan hijauan.
Bentuk
penerapan kearifan lokal masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri dalam sistem
pemeliharaan hewan ternak, yaitu dengan peletakan kandang yang
lokasinya jauh dengan permukiman penduduk. Peletakan kandang ternak yang jauh
dari permukiman ini merupakan wujud tindakan tindakan yang arif lingkungan.
Selain hal tersebut, masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri juga memanfaatkan
kotoran ternak untuk dibuat pupuk kandang yang mampu menyuburkan tanpa merusak
tekstur tanah namun juga ramah lingkungan.
di daerah suku tengger banyak sekali orang-orangnya yang berprofesi sebagai petani dan berternak, dengan yang penghasilannya lumayan.
KEHIDUPAN DAN PERLINDUNGAN HUTAN TENGGER DALAM KEARIFAN LOKAL
masyarakat Tengger di Desa Wonokitri juga memiliki
pemerintahan informal yang memimpin seluruh perkampungan yakni berupa dukun.
Sosok dukun ini sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Tengger sehingga
lebih dipercaya, disegani dan dihormati daripada pejabat administratif. Tugas
dan fungsi dukun adalah mengatur upacara adat, membimbing pemuda dalam memahami
hindu, menyimpan benda keramat, konsultan masalah adat (hajatan dan
menikahkan), dan menjaga masyarakat.
Dukun ini dianggap sebagai orang
terpandang yang selalu dihormati oleh seluruh warga dimana tidak sembarang
orang dapat menduduki jabatan tersebut. Seorang dukun memiliki jabatan yang
tidak ditentukan dan jabatan tersebut akan berpindah manakala dukun tersebut
sudah tidak mampu menjalankan tugasnya dan memutuskan untuk berhenti.
Untuk
menjadi seorang dukun diperlukan perjuangan keras yakni harus menghapal bacaan
atau mantra-mantra yang sulit, dan apabila ada orang yang sudah siap menjadi
dukun maka orang tersebut akan di tes hapalannya oleh seluruh dukun di Gunung
Bromo dengan disaksikan warga. Lembaga informal ini digunakan untuk mengikuti
aparat adat, mempersatukan adat (upacara kasada), menjaga kearifan local,
menjaga adat istiadat, penggerak ibadah dan penggerak pembangunan serta
pengikat tali persaudaraan.
pengelolaan dan perlindungan hutan dan
sumber-sumber air
Nilai kearifan
lokal pada masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri terkait sistem pengelolaan
dan perlindungan hutan adalah dengan mengklasifikasikan hutan dan
memanfaatkannya. Dalam wilayah Desa Wonokitri hanya terdapat kawasan hutan
lindung yang dikelola oleh pihak Perhutani. Hutan lindung ini berguna untuk
menjaga keseimbangan struktur tanah dan melestarikan tanah. Masyarakat Suku
Tengger Desa Wonokitri memiliki kesadaran yang tinggi dalam mengelola hutan.
Bukti keperdulian masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri dalam kegiatan ikut
serta memelihara hutan adalah dengan tidak menebang hutan secara sembarangan.
Sikap dalam pengelolaan dan perlindungan hutan ini dilandasi oleh slogan yang
dipatuhi, berbunyi “tebang satu tanam dua” yang artinya jika menebang satu
pohon, maka harus menanam minimal dua pohon yang jenisnya sama.
Penyediaan air
bersih untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari berasal dari sumber mata air alami
dari sumber air pegunungan, yaitu sumber mata air Tangor, Galingsari, Ngerong,
Krecek, Muntur dan sumber mata air Blok Dengklik yang terletak di sebelah
selatan desa. Pada tahun 1977 sistem pipanisasi diterapkan di Desa Wonokitri.
Sistem pipanisasi ini bertujuan untuk mengalirkan air dari sumber mata air
disalurkan menggunakan pipa sekitar 3 Km menuju ke bak-bak penampungan
air/tandon air (jeding desa) di Desa Wonokitri. Saluran pipa yang ada
terpisah pada 2 blok, yaitu blok barat dan blok timur yang
kemudian disalurkan ke masing-masing tandon air pada blok tersebut.
Pendistribusian air dari tandon air menuju ke rumah-rumah warga juga
menggunakan sistem pipanisasi. Hingga saat ini terdapat 3 buah tandon air dan 3
bilik bak air umum di Desa Wonokitri.
Sistempenyediaan
air bagi lahan pertanian adalah dengan membuat aliran mellaui pipa
plastik/slang. Sebagian masyarakat memanfaatkan limbah sisa hasil pembuangan
rumah tangga untuk menyirami tanaman dengan cara menampung air limbah di tempat
penampungan kemudian disalurkan melalui pipa plastik/slang ke arah tanaman yang
akan disarami. Ada juga masyarakat yang membuat saluran tersendiri untuk air
limbah, biasanya di samping rumah yang dilewatkan pipa terpendam.
dalam kehidupan sehari-hari seharusnya kita menjaga kelestarian hutan yang udah gundul karena pohon-pohon udah banyak yang di tebangin jadi air tidak bisa meresap ke dalam tanah. dan kita harus saling menjaga hutan kita.
Langganan:
Postingan (Atom)