Sabtu, 19 Januari 2013

BUDAYA KITA, INDONESIA KITA, CINTAILAH BUDAYA

Masyarakat Islam Sunda mengenal nama Sunan Gunung Jati dan sangat menghormati sosoknya sebagai wali yang penuh kharisma spiritual. Dialah penyebar agama Islam di Jawa Barat yang menurunkan raja-raja Cirebon dan Banten.

Tatar Sunda, tapi melalui kesultanan Cirebonlah Islam tersebar luas ke seluruh wilayah Jawa Barat. Pengaruh penyebaran Islamnya sangat besar karena dilakukan melalui dua pendekatan: terhadap kerajaan-kerajaan melalui pendekatan struktural: seruan, perluasan pengaruh dan penaklukan politik (Galuh, Pajajaran dan Banten Girang). 

Batik Keratonan Cirebon sangat kental dengan makna simbolis yang berkaitan dengan kosmologi Cirebon. Di sini motif batik Cirebon umumnya menyampaikan sebuah kearifan lokal yakni sistem nilai masyarakat keraton pada masa itu. Beberapa motif batik Cirebon yang tergolong ke dalam batik Keraton Cirebon di antaranya adalah Taman Arum Sunyaragi, Sunyaragian, Wadas Singa, Patran Kangkung, Wadas Mantingan, Mega Mendung, Ayam Alas, Supit Urang, serta Taman Teratai.

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja.

Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir yang disebut guru lagu. 

Dan kita harus bisa meneruskan budaya yang udah ada menjadi maju dan bisa membanggakan bahwa budaya kita itu bagus.

MENJAGA LINGKUNGAN KITA AGAR TETAP INDAH



Kearifan Lokal mulai memantik perhatian dunia ketika pada 60-an, sebuah program Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dikenal dengan Dasawarsa Pembangunan, gagal menyelesaikan permasalah utama yang dihadapi negara-negara berkembang di Asia dan Afrika.

 Budaya kebumen adalah salah satu keindahan pantainya terutama yang ada di kebumen seperti Pantai Ayah dan Pantai Ibu, Goa Jati jajar dan waduk sempor yang terletak di banjarnegara.

 Dan banyaknya pepohonan yang ada di daera kebumen.contohnya  pohon melinjo dan masih banyak lagi yang ada di daerah kebumen itu.

 Dan budayanya itu banyak sekali seperti tarian,atraksi,musik. Dan kita sebagai generasi selanjutnya harus bisa menjaga kelestarian lingkungannya dan kebudayaan agar nantinya bisa tetap dinikmati.

sebagian besar penduduk di daerah kebumen itu sebagai petani,berternak dan menjadi nelayan. 

TEGAL KOTAKU, TEGAL BUDAYAKU DAN TEGAL KEARIFAN LOKALNYA

Kearifan lokal adalah produk budaya lokal (setempat) yang dianut sebagai faham,pedoman dan norma dalam mengatur perilaku dan tata kehidupan masyarakatnya.Dalam masyarakat tradisional kearifan lokal ditampilkan sebagai tradisi,ritual,laku (kewajiban) dan larangan (pantangan),cerita-cerita rakyat,legenda,mitos,ujaran,wejangan,mantra,jampi-jampi dan sebagainya.

Hal-hal tersebut biasanya dikomunikasikan melalui bahasa dan simbol-simbol yang dibumbui dengan unsur-unsur magis, dan secara turun temurun dipelihara oleh para sesepuh dan tokoh spiritual yang diyakini kebenarannya.

Bahasa lokal memegang peran yang sangat penting dalam upaya penyampaian pesan dan gagasan-gagasan dalam kearifan lokal.Bahasa lokal lebih komunikatif sehingga nilai-nilai kebajikan yang disampaikan dapat segera diterima,dihayati dan diaktualisasikan oleh masyarakat.

Dongeng,cerita rakyat,ujaran,wejangan,mantra dan lain-lain semua dikemas dalam bahasa lokal.Selanjutnya bahasa lokal menjadi sarana ekspresi dan kreatifitas yang kita sebut sebagai kesenian daerah.Bahasa lokal juga menjadi ciri dan identitas (jatidiri) yang membedakan satu etnis (suku bangsa) dengan etnis yang lain.

Kearifan lokal dalam dalam masyarakat Tegal seharusnya dapat ditelusuri melalui pelbagai kajian,misalnya bahasa,kesenian tradisional,cerita rakyat,tatacara dan upacara,bahkan makanan dan busana.

Sayangnya tidak ada kepustakaan yang bisa dijadikan rujukan mengingat budaya Tegal tidak memiliki tradisi literasi.Bahkan tradisi lisanpun (dongeng,lagu-lagu daerah dsb.) sangat sulit ditemukan,mengingat para pelakunya didak pernah mewariskan kepada generasi masih penerusnya.

 Tegal itu orang-orangnya gotong royong, dan mau berkreatif sebisa mereka. Dan banyak adat-adatnya dalam budaya tegal itu seperti upacara pernikahan,7 bulanan. Dan ada juga tarian, musik dan makanan khasnya.

LINGKUNGAN SEKITAR GUNUNG BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL


Kearifan lingkungan atau kearifan lokal masyarakat (local wisdom) sudah ada di dalam kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman pra-sejarah hingga saat ini, kearifan lingkungan merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat, yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya.


Perilaku ini berkembang menjadi suatu kebudayaan di suatu daerah dan akan berkembang secara turun-temurun, secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya yang berkembang di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku-suku bangsa yang tinggal di daerah itu. 

Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan oleh adanya kemajuan teknologi membuat orang lupa akan pentingnya tradisi atau kebudayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan, seringkali budaya lokal dianggap sesuatu yang sudah ketinggalan di abad sekarang ini, sehingga perencanaan pembangunan seringkali tidak melibatkan masyarakat.

Kearifan lingkungan yang lain yang ada adalah pengelolaan danau-danau kars di kawasan Gunung Kidul, sebagai contoh yang pernah saya ketahui bagaimana cara masyarakat mengelola suatu danau dimana danau ini merupakan sumber air yang ada di wilayah Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, berdasarkan cerita dari masyarakat setempat  masyarakat mengelola kembali danau kars yang sudah mati dan tidak berfungsi lagi, masyarakat melihat bahwa danau ini memiliki potensi yang besar sebagai penampung air hujan dengan melihat sejarah desa dimana danau ini pernah menjadi pusat sumber air bagi masyarakat sekitarnya kemudian masyarakat secara bergotong-royong dengan membuat susunan batuan di setiap tepian danau yang berfungsi sebagai penyaring air yang masuk, kemudian memberi lapisan tanah lempung di setiap sisi danau yang berfungsi sebagai penahan air agar tidak masuk ke bawah permukaan melalui rekahan-rekahan yang ada dan menanam berbagai macam tumbuhan di sekitar danau seperti Jarak, Jati dan lain-lain berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan air, setelah melakukan ini masyarakat harus menunggu sampai tiga periode musin hujan selama tiga tahun untuk menjadikan danau ini berfungsi kembali.

 Karena danau ini dibangun berdasarkan kearifan lingkungan yang ada dan dimanfaatkan bersama maka masyarakat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi untuk menjaga dan mengelola danau ini sehingga masyarakat lebih memandang budaya lokal yang ada untuk mengelolanya dengan membuat aturan-aturan adat tentang pelestarian dan pengelolaan danau ini.

 Lingkungan kita harus di jaga dengan baik supaya bisa indah dan bersih terhindar dari polusi kendaraan dan pabrik-pabrik di sekitar lingkungan tempat tinggal.  
 

PEMBANGUNAN DAN ADAT BENTUK DARI KEARIFAN LOKAL BUDAYA PAPUA

Budaya lokal Papua berada pada posisi terancam. Budaya lokal bertahan atau bergeser tergantung pada legitimasi adat, komunitas, suku-suku yang berada di Papua sebagai penganut dan pelaksana budaya papua.

 Lembaga Adat Papua yang lemah pastinya akan berdampak pada hilang nya nilai-nilai lokal papua. Kearifan Budaya lokal yang kuat pasti akan mempertahankan nilai-nilai hidup yang baik sekali pun arus golobalisai atau indutrialisasi mengerogoti ketahanan budaya asli papua. 

Hak ulayat adat atau kearifan lokal, misalnya, makin tereduksi akibat laju mesin pembangunan yang tak afirmatif. Beberapa proyek pembangunan di Indonesia dapat dijadikan sebagai.

Contoh Pembangunan jalan trans-Kalimantan yang menghubungkan sejumlah kota besar di pulau itu telah menimbulkan resistensi masyarakat Dayak pedalaman. Masyarakat Dayak menilai pembangunan jalan itu akan mengubah perilaku warga dari budaya bersampan di sungai menjadi berkendaraan di jalan. 

Identitas suku Dayak yang selama ini terbangun atas basis sungai dikhawatirkan akan tereduksi dengan kehadiran jalan itu.

Dan adatnya yang masih kental sekali dalam berbagai uapacara adat,pernikahan. Itu masih sangat tradisional dan pembangunan rumahnya juga ada yang masih tradisional. 


 

PENTINGNYA KEARIFAN LOKAL DI BANYUMAS

Budaya adalah tentang keberadaan (distinctiveness) kelompok-kelompok sosial yang memberikan mereka identitas. Kebudayaan merupakan batasan (norma) dalam hidup manusia. Di dalamnya terdapat respon manusia terhadap masyarakat, atau lingkungannya, dan dunia secara umum.

 Kesenian merupakan unsur budaya yang mengacu pada estetika yang berasal dari ekspresi hasrat manusia.

Perkembangan sumber daya manusia selalu berkaitan dengan tingkat perekonomian masyarakat. Industri adalah kata benda yang merujuk pada proses pengolahan benda. Industrialisasi sendiri, mengacu pada usaha pengembangan industri di suatu daerah tertentu. Jika menilik sejarah yang berakar pada Revolusi Inggris, industrialisasi adalah suatu proses interaksi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, dan perdagangan antar negara yang meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mendorong perubahan struktur ekonomi
 
Walau sebenarnya masih berakar dari budaya Jawa, budaya Banyumas memiliki ciri khas unik tersendiri. Hal ini bisa dilihat dari kesenian Tarian Ebeg, hingga Begalan, yang tidak ditemukan di daerah lain. Alat musik Calung dan Kenthongan juga menjadi ciri khas daerah ini. Selain itu, makanan khas Banyumas juga cukup dikenal di seluruh Indonesia. Seperti Mendoan, Keripik Tempe, dan Gethuk Goreng Sokaraja.
 
Salah satu budaya lokal potensial di Banyumas adalah batik. Berbeda dengan daerah lain, Batik Banyumas memiliki keunikan dalam mencitrakan budaya masyarakat Banyumas yang menjunjung tinggi nilai kebebasan, semangat kerakyatan dan demokrasi, serta sifat cablaka yang menyenangi keterbukaan dan apa adanya. Hal ini terlihat jelas dari pola-pola Batik Banyumas, yang kebanyakan bermotif Jorasan, yaitu kelompok motif nongeometrik yang didominasi dengan warna-warna dasar kecoklatan dan hitam. 
 
 Untuk mengembalikan kearifan lokal Batik Banyumas kepada masyarakat, beberapa strategi dapat diterapkan seperti sosialisasi filosofi Batik Banyumas agar makna-makna dibalik Batik Banyumas kembali familiar dan mencapai eksistensinya lagi.
 
 

HASIL OLAH PERTANIAN DAN PERTERNAKAN DI DAERAH TENGGER AKAN KEARIFAN LOKAL



pengelolaan ladang/tegalan
Pada dasarnya penggunaan teknologi dalam pengelolaan ladang/tegalan di Desa Wonokitri dibatasi pada teknologi pertanian sederhana dan ramahlingkungan. Sistem penanaman menggunakan sistemtumpang sari. Karena kontur lahan yang cukup curam, untuk menghindari tanah longsor dan erosi maka dibuat sistem terasering dengan membuat lahan berpetak-petak yang disebut bedengan. Setelah itu tanah dicangkul dan dibolak-balik baru kemudian dapat ditanami.
Peralatan yang digunakan untuk mengolah tanah adalah peralatan tradisional pertanian seperti: cangkul, sabit, garpu dan keranjang, serta tangki penyemprot. Untuk mempermudah dalam menjangkau areal ladang/tegalan yang curam maka petani di Desa Wonokitri memakai sepatu boot. Sedangkan terkait dengan sistem penanaman, masyarakat Desa Wonokitri memakai aturan tertentu yang mengelompokkan penanaman tanaman tertentu pada satu petak lahan. 
Tanaman berakar kuat misalnya cemara banyak di tanam di ladang/tegalan Desa Wonokitri untuk mencegah longsor dan erosi, selain akarnya kuat kayunya juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Jenis pupuk yang dipakai sangat mengutamakan penggunaan pupuk kandang/kompos yang menurut masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri termasuk ramah lingkungan dan tidak merusak tekstur dan kesuburan tanah.
Pemberantasan hama menggunakan cara manual dengan mengambil hama langsung dari tanaman kemudian ditanam di tanah atau diinjak dan memakai obat pemberantas hama.



pemeliharaan hewan ternak
Peternakan yang dibudidayakan di Desa Wonokitri adalah peternakan sapi dan babi. Sapi yang diternak adalah sapi jantan atas dasar karena sapi jantan tidak dapat memperbanyak jenisnya sehingga tidak memerlukan tempat yang luas. Pemeliharaan ternak sapi dilakukan secara individu di ladang masing-masing. Tindakan pemeliharaan pada ternak sapi, yaitu pemberian pakan, pemeliharaan dan perawatan ternak, pembersihan kandang secara teratur dan pemberian obat penyakit.
Tidak berbeda jauh dengan sistem pemeliharaan ternak sapi, pemeliharaan ternak babi juga dilakukan di ladang dengan pembuatan kandang khusus. Pemberian pakan ternak babi dapat berupa sisa hasil makanan yang dibuat di dapur atau makanan yang banyak mengandung protein, sumber energi dan bahan makanan hijauan.
Bentuk penerapan kearifan lokal masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri dalam sistem pemeliharaan hewan ternak, yaitu dengan peletakan kandang yang lokasinya jauh dengan permukiman penduduk. Peletakan kandang ternak yang jauh dari permukiman ini merupakan wujud tindakan tindakan yang arif lingkungan. Selain hal tersebut, masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri juga memanfaatkan kotoran ternak untuk dibuat pupuk kandang yang mampu menyuburkan tanpa merusak tekstur tanah namun juga ramah lingkungan.

di daerah suku tengger banyak sekali orang-orangnya yang berprofesi sebagai petani dan berternak, dengan yang penghasilannya lumayan.

KEHIDUPAN DAN PERLINDUNGAN HUTAN TENGGER DALAM KEARIFAN LOKAL



masyarakat Tengger di Desa Wonokitri juga memiliki pemerintahan informal yang memimpin seluruh perkampungan yakni berupa dukun. Sosok dukun ini sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Tengger sehingga lebih dipercaya, disegani dan dihormati daripada pejabat administratif. Tugas dan fungsi dukun adalah mengatur upacara adat, membimbing pemuda dalam memahami hindu, menyimpan benda keramat, konsultan masalah adat (hajatan dan menikahkan), dan menjaga masyarakat. 
Dukun ini dianggap sebagai orang terpandang yang selalu dihormati oleh seluruh warga dimana tidak sembarang orang dapat menduduki jabatan tersebut. Seorang dukun memiliki jabatan yang tidak ditentukan dan jabatan tersebut akan berpindah manakala dukun tersebut sudah tidak mampu menjalankan tugasnya dan memutuskan untuk berhenti. 
Untuk menjadi seorang dukun diperlukan perjuangan keras yakni harus menghapal bacaan atau mantra-mantra yang sulit, dan apabila ada orang yang sudah siap menjadi dukun maka orang tersebut akan di tes hapalannya oleh seluruh dukun di Gunung Bromo dengan disaksikan warga. Lembaga informal ini digunakan untuk mengikuti aparat adat, mempersatukan adat (upacara kasada), menjaga kearifan local, menjaga adat istiadat, penggerak ibadah dan penggerak pembangunan serta pengikat tali persaudaraan.

pengelolaan dan perlindungan hutan dan sumber-sumber air
Nilai kearifan lokal pada masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri terkait sistem pengelolaan dan perlindungan hutan adalah dengan mengklasifikasikan hutan dan memanfaatkannya. Dalam wilayah Desa Wonokitri hanya terdapat kawasan hutan lindung yang dikelola oleh pihak Perhutani. Hutan lindung ini berguna untuk menjaga keseimbangan struktur tanah dan melestarikan tanah. Masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri memiliki kesadaran yang tinggi dalam mengelola hutan. Bukti keperdulian masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri dalam kegiatan ikut serta memelihara hutan adalah dengan tidak menebang hutan secara sembarangan. Sikap dalam pengelolaan dan perlindungan hutan ini dilandasi oleh slogan yang dipatuhi, berbunyi “tebang satu tanam dua” yang artinya jika menebang satu pohon, maka harus menanam minimal dua pohon yang jenisnya sama.
Penyediaan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari berasal dari sumber mata air alami dari sumber air pegunungan, yaitu sumber mata air Tangor, Galingsari, Ngerong, Krecek, Muntur dan sumber mata air Blok Dengklik yang terletak di sebelah selatan desa. Pada tahun 1977 sistem pipanisasi diterapkan di Desa Wonokitri. Sistem pipanisasi ini bertujuan untuk mengalirkan air dari sumber mata air disalurkan menggunakan pipa sekitar 3 Km menuju ke bak-bak penampungan air/tandon air (jeding desa) di Desa Wonokitri. Saluran pipa yang ada terpisah pada 2 blok, yaitu blok barat dan blok timur yang kemudian disalurkan ke masing-masing tandon air pada blok tersebut. Pendistribusian air dari tandon air menuju ke rumah-rumah warga juga menggunakan sistem pipanisasi. Hingga saat ini terdapat 3 buah tandon air dan 3 bilik bak air umum di Desa Wonokitri.
Sistempenyediaan air bagi lahan pertanian adalah dengan membuat aliran mellaui pipa plastik/slang. Sebagian masyarakat memanfaatkan limbah sisa hasil pembuangan rumah tangga untuk menyirami tanaman dengan cara menampung air limbah di tempat penampungan kemudian disalurkan melalui pipa plastik/slang ke arah tanaman yang akan disarami. Ada juga masyarakat yang membuat saluran tersendiri untuk air limbah, biasanya di samping rumah yang dilewatkan pipa terpendam.
dalam kehidupan sehari-hari seharusnya kita menjaga kelestarian hutan yang udah gundul karena pohon-pohon udah banyak yang di tebangin jadi air tidak bisa meresap ke dalam tanah. dan kita harus saling menjaga hutan kita.